Romansa di Tengah Salju ala Yasunari Kawabata

Ini adalah novel ke-2 Kawabata yang kubaca setelah novel lainnya yang berjudul Seribu Bangau. Membaca karya Kawabata membuat kita terbawa ke dalam peliknya perasaan manusia akan cinta dan kesetiaan. Penokohan dalam novel-novelnya sangat kuat, berkarakter, dan tidak mudah dilupakan. Lalu bagaimana dengan novelnya yang ini, Daerah Salju? Kekuatan penokohan masih sangat kentara, dan hubungan antar manusia dalam novel ini jauh lebih rumit dibandingkan novel Seribu Bangau.

Bercerita tentang Shimamura, lelaki setengah baya yang hidup dari warisan orangtuanya, tidak punya pekerjaan yang mengikat, suka berpergian mendaki gunung dan menulis tentang tarian Barat yang belum pernah dilihatnya dengan mata kepala sendiri. Shimamura sudah berkeluarga, namun punya konflik batin percintaan yang rumit untuk dipahami. Suatu hari ia berjumpa dengan seorang perempuan bernama Komako di perkampungan pemandian air panas, dan sejak hari itu ia hampir tiap tahun berkunjung ke perkampungan itu untuk berjumpa dengan Komako.

Pelik hubungan Shimamura dan Komako semakin kentara ketika sosok Yoko muncul. Yoko adalah perempuan yang diam-diam diperhatikan oleh Shimamura sejak kali pertama ia melakukan perjalanan, sebab saat itu ia tanpa senghaja berjumpa di dalam kereta. Tapi cinta adalah misteri, seperti salju yang indah namun dingin membekukan. Rasa sakit atas cinta itu pun tak bisa terhindarkan, namun menentang perasaan itu juga bisa menjadi luka lain yang tidak tertahankan.

Konflik demi konflik dituturkan dengan sangat sederhana, dengan ciri khas Kawabata yang sulit untuk ditiru. Kita akan dibuat penuh simpati kepada para tokoh, sekaligus kesal dan bahkan malah membenci mereka dengan alasan-alasan kemanusiaan.

Dari ke-2 novel Kawabata yang kubaca, ia selalu setia dengan budaya Jepang yang kental, seperti upacara minum teh, upacara penyambutan tamu oleh Geisha dan lain-lain. Aku baru tahu prihal tentang kimono yang dikenakan oleh seorang Geisha yang ternyata tidak sesederhana dikira. Dan gambaran kehidupan di perkampungan salju tertata dengan sangat nyata lewat deskripsi yang dibicarakan antar tokoh.

Sejauh ini aku suka dengan novel Kawabata, emosi yang disuntikkan oleh Kawabata sangat hidup dan nyata. Dan bagi kalian yang suka roman kuat dan kental khas jepang, ini akan menjadi bacaan alternatif yang sangat menghibur, sekaligus lirih.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Sembarang Pakai Kata ‘Butuh” Dengan Urang Kutai

Pengakuan Anton Chekhov dalam cerpen-cerpennya

(Review) The Stranger by Albert Camus - Kehidupan Ialah Sesuatu yang Absurd