Kata Orang Samat bin Suaif Ahli Neraka

Semasa hidup Samat bin Suaif terkenal dengan kekikirannya, ia tak pernah menyumbang untuk pakir miskin dan anak yatim padahal ia adalah seorang yang kaya raya. Meski pun demikian ia tak pernah terlewat salat lima waktu di masjid, bahkan sering juga ia melakukan salat sunat dan tak pernah absen puasa senin kamis. Tapi semua ibadahnya itu tak bisa menghindarkannya dari pergunjingan warga kampung, ada yang bilang salat yang dilakukannya hanyalah upaya supaya iya terlihat ahli agama, sedangkan puasa senin kamis yang dilakukannya tidak lebih dari upayanya berhemat sebab ia orang yang kikir.

Kekikiran Samat bin Suaif ini tidak hanya berlaku pada orang lain. Pada anak-anaknya pun ia sama pelitnya, sangat jarang ia membelikan anaknya baju baru, terkadang sampai dua kali hari raya barulah anaknnya bisa punya baju baru. Tidak hanya itu, masa sekolah anak-anaknya tak pernah diberi uang jajan, maka anaknya sangat sering menjajakan jualan mbok Mirah di sekolah biar bisa jajan seperti anak lainnya. Dan menurut cerita yang beredar dari orang-orang kampung, saat anaknya yang paling sulung kuliah ke kota, Samat bin Suaif tak pernah memberi anaknya uang untuk hidup, ia hanya membayar biaya kuliah saja.

Sontak tak ada yang suka dengan Samat bin Suaif.

Ketika Samat bin Suaif akhirnya meninggal dunia, sekampung jadi gempar, hampir tiap hari sampai beberapa bulan orang-orang terus membicarakannya. Orang-orang heboh membahas tentang harta warisan yang ternyata diwasiatkan ke masjid di kampung, tak ada sepeser pun ia wariskan pada anak istrinya walau anak-anaknya sekarang sudah masing-masing bekerja di kota.

Orang-orang curiga bahwa Samat bin Suaif berencana mempermainkan Tuhan, mungkin ia berharap seluruh dosa akibat kekikirannya itu bisa dihapus Tuhan apabila ia menyumbangkan seluruh harta warisannya ke masjid.

Hal lain yang bikin heboh warga kampung atas meninggalnya Samat bin Suaif ialah pada saat ia di makamkan, saat itu turun hujan lebat beserta petir yang menyambar keras, angin bertiup sangat kencang sampai-sampai pohon tua yang ada didekat kuburannya tumbang menimpa pemakamannya. Orang-orang menyebut itu sebagai pertanda bahwa Tuhan memberinya azab, maka setelah itu bermacam cerita miring lainnya pun semakin banyak bertambah. Ada yang bilang apabila malam, kuburannya berasap dan berbau busuk, ada juga yang bilang samat bin Suaif bangkit dari kubur jadi setan, alhasil tak ada yang berani lewat pekuburan itu di malam hari.

Demikianlah Samat bin Suaif disebut sebagai ahli neraka oleh orang kampung

Cara orang kampung memandang hal semacam ini memang kadang sangat berlebihan, orang-orang sangat suka berprasangka buruk sebelum memikirkan banyak hal baik yang ada di dalamnya.

Samat bin Suaif tidak suka dengan orang yang kerjaannya hanya mengemis, tidak mau bekerja keras, terlebih lagi sangat boros. Ia sangat sangsi dengan kebiasaan orang yang suka memberi uang pada pengemis, memberi uang sama halnya dengan mendidik seseorang menjadi tambah malas bekerja. Buktinya anak-anaknya, ia tak pernah memanjakan mereka, dan sekarang anak-anaknya sudah punya kerja di kota, hidup mandiri, tidak bergantung pada orang tua.

Kekikiran Samat bin Suaif bukan tanpa alasan, demikian juga prihal beribadah kepada Tuhan, baginya cukup Tuhan lah yang menilai ibadah macam apa yang sudah dilakukannya.

Tapi dosa dengan Tuhan pada suatu saat pastilah dimaafkan oleh Tuhan apabila umatnya meminta maaf dan bertaubat karena Tuhan maha pemaaf, sedangkan dosa sesama manusia hanya akan bisa dituntaskan oleh masing-masing manusia yang terkait. Lalu manusia macam apa Samat bin Suaif ini?

Hanya Tuhan yang tahu balasan seperti apa yang akan diterimanya di masa penebusan nanti.[]

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Sembarang Pakai Kata ‘Butuh” Dengan Urang Kutai

Pengakuan Anton Chekhov dalam cerpen-cerpennya

(Review) The Stranger by Albert Camus - Kehidupan Ialah Sesuatu yang Absurd